Kamis, 21 Januari 2010
Jika kita cermati, ada kesalahan menarik dalam pertumbuhan bahasa indonesia, yakni dari kesalahan persepsi dan kesalahan transkripsi. Dua contoh berikut adalah buktinya.
Guys pasti kalian mencicipi atau minimal pernah mendengar tentang odading. Nama makanan yang bisa kita jumpai saat jalan- jalan ke daerah Jawa Barat ini ternyata punya sejarah unik.
Nama odading awalnya berasal dari seruan kaget nyonya Belanda.Saat itu anaknya menangis minta dibelikan kue yang dijajakan seorang anak kampung. Kue itu tak bernama sebab hanya terdiri dari adonan terigu dan gula pasir yang digoreng. Sang nyonya Belanda pun penasaran, dan memanggil Ujang si penjual kue itu, lalu menyuruhnya membuka daun pisang yang menutupi kue di atas nyiru. Begitu melihatnya, si nyonya berseru, "O, dat ding?" yang artinya, "O, barang itu?"
Mmm.... gimana kalo nyonya Belanda itu berkata lain? Bisa jadi nama kue itu bukan odading!!
Cerita di atas nggak jauh beda dengan asal usul nama roti, makanan yang sering kita makan (biasanya pakai keju dan selai, mmm...yummy!). Kata roti berasal dari bahasa Belanda, brood, yang dulu dijajakan di Batavia dengan kereta kayuh sambil diteriakkan dengan tambahan 'iii' dan hingga terdengar menjadi 'brootiii'. Sekarang diindonesiakan menjadi roti.
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)